Apa Itu Metode Rentang Tali ?
Metode rentang tali dikenal juga sebagai metode brunton and tape (Compton, 1985; Fritz & Moore, 1988). Metode ini diterapkan pada singkapan yang menerus atau pada sejumlah singkapan yang dapat disusun menjadi satu penampang. Pengukuran penampang stratigrafi dengan metode rentang tali, sebaiknya dilakukan sekurang-kurangnya oleh dua orang dengan setiap orang memegang ujung pita ukur.
Peralatan apa saja yang dibutuhkan dalam
metode rentang tali ?
- Alat lapangan baku, meliputi : kompas geologi, palu geologi, loupe, HCL dan buku catatan lapangan.
- Pita ukur, terdiri dari : pita ukur panjang tali sepanjang 30-50 m dan pita ukur pendek sepanjang 2 m.
- Peta topografi atau foto udara dari daerah pemetaan/penelitian yang akan dilakukan pengukuran.
- Formulir pengukuran jalur stratigrafi dengan metode rentang tali
- Kalkulator yang dilengkapi dengan fungsi goniometri.
- Clipboard sebagai alas landasan penggambaran maupun pencatatan.
- Patok sebagai tanda awal dan akhir pengukuran.
Bagaimana tahapan pelaksanaan metode
rentang tali ?
Setelah ditentukan
jalur pengukuran, dilakukan orientasi dari jalur yang akan di ukur. Orientasi penting
dilakukan guna mengetahui kemungkinan adanya struktur ataupun urutan perlapisan
yang tidak tersingkap. Dengan demikian, dapat mencari jalur tambahan untuk
melengkapi jalur utama.
Tentukan
titik awal dan titik akhir dari jalur pengukuran yang telah ditentukan.
Tandai kedua titik dengan patok dan plotkan pada peta dasar. Apabila memungkinkan,
cantumkan koordinat titik awal dan titik akhir guna memudahkan peneliti lain
yang ingin melihat secara langsung kondisi sebenarnya dari kolom stratfigrafi
yang dihasilkan.
Lakukan
pengukuran dengan pita ukur panjang ( rentang tali 30-50 meter) yang
dimulai dari titik awal disebut sebagai titik 1 dan ujung titik yang lain
sebagai titik 2. Tali selanjutnya digeser, ujung tali semula yang berada
dititik 1 dan ujung titik yang lain sebagai titik 2. Tali selanjutnya digeser,
ujung tali yang semula berada di titik 1 sekarang berada pada titik 2 dan ujung
yang lain berada pada titik yang baru, yaitu titik 3. Proses tersebut dilakukan
seterusnya hingga mencapai titik akhir yang telah ditentukan. Pengukuran yang
pendek atau ukuran lapisan batuan yang tipis dapat menggunakan meteran.
Pengukuran
menggunakan rentang tali panjang, dapat dilakukan secara maksimum pada
kondisi topografi yang relatif datar, lereng yang tidak terlalu bergelombang
pada jarak dekat, litologi relatif homogen, dan jurus kemiringan relatif tetap.
Pada setiap rentangan tali, dilakukan pengamatan dan pencatatan pada formulir
yang disediakan, meliputi : pemerian batuan, jurus dan kemiringan batuan,
struktur sedimen, kandungan fosil, dan unsur-unsur lain yang di anggap perlu. Apabila
disepanjang rentang tali dijumpai lapisan lapisan yang khas, tentukan posisinya
secara tepat. Hal ini dikarenakan lapisan lapisan tersebut dapat digunakan
sebagai lapisan kunci.
Apabila pada jalur pengukuran
dijumpai adanya kontak batuan yang tajam, maka lokasi tersebut dijadikan
sebagai ujung rentangan dan diberikan nomor titik baru. Kontak tersebut dapat
berupa kontak antara breksi dan batulempung maupun sesar ataupun bidang
ketidakselarasan.
Pengukuran
ketebalan setiap lapisan supaya dilakukan secara cermat. Perhatikan arah
pengukuran terhadap jurus perlapisan. Apabila arah pengukuran telah tegak lurus
arah jurus perlapisan (v), sebagaimana ditunjukan pada lintasan A-B. Ketebalan (t)
dari jalur 1-2 dapat ditentukan lansung dengan rumus t = d sin a
( d : jarak terukur tegak lurus perlapisan dan a : besar sudut kemiringan
perlapisan batuan ). Apabila arah pengukuran tidak tegak lurus jurus
perlapisan, ketebalan (t) dari jalur 1-2 dapat ditentukan dengan rumus: t = d’ cos θ sin a ( d : jarak terukur sesuai
dengan arah pengukuran, a : besar sudut kemiringan perlapisan, dan θ : sudut
peyimpangan dari arah tegak lurus perlapisan.
Penentuan
ketebalan lapisan batuan, harus dipertimbangkan pula besar kemiringan
lereng yang teukur tegak lurus terhadap jurus perlapisan. Apabila penyimpangan
dari arah tegak lurus cukup besar, perlu dilakukan koreksi guna mengembalikan
besaran sudut kemiringan lereng pada arah tegak lurus jurus perlapisan batuan. Pada
pembuatan penampang stratigrafi, koreksi kemiringan batuan dapat dilakukan
menggunakan busur Tangier Smith. Besar sudut lereng terukur dapat disamakan
dengan apparent dip atau sudut menyiku antara jurus perlapisan dan arah
penampang. d = d’ cos θ ( d : jarak terukur tegak lurus jurus perlapisan, d’
: jarak terukur sesuai dengan arah
pengukuran, dan θ : sudut antara arah pengukuran dan arah tegak lurus jurus
perlapisan ).
Pengukuran
ketebalan pada suatu daerah yang mempunyai kelerengan perlu mempertimbangkan
posisi atau arah kemiringan perlapisan. Berikut menentukan ketebalan lapisan
yang baik dengan arah kemiringan perlapisan batuan serah maupun berlawanan arah
dengan lereng, kemiringan lapisan mendarar ataupun tegak.
rumus
|
keterangan
|
Kemiringan lapisan searah dengan lereng
|
|
t = d sin (dip-slope)
|
Apabila sudut
kemiringan perlapisan lebih besar daripada sudut kemiringan lereng
|
t = d sin (slop-dip)
|
Apabila sudut
kemiringan perlapisan lebih kecil daripada sudut kemiringan lereng
|
Kemiringan lapisan berlawanan arah dengan lereng
|
|
t = d
|
Apabila pada
singkapan dijumpai perlapisan batuan terpotong tegak lurus oleh lereng (90 derajat)
|
t = d cos(90-dip-slope) atau
t = d sin (dip+slope)
|
Apabila kemiringan
batuan dijumpai membentuk sudut lancip terhadap kelerengan
|
t = d sin (180°-dip-slope)
|
Apabila kemiringan
membentuk sudut tumpul terhadap kelerengan.
|
Kemiringan lapisan mendatar
|
|
Ketebalan lapisan
batuan di tentukan secara langsung berdasarkan perbedaan tinggi antara batas
lapisan
|
|
Kemiringan lapisan tegak
|
|
t = d sin slope
|
Ketebalan pada
perlapisan batuan yang memiliki posisi relatif tegak
|
Bersamaan
dengan dilakukan pengukuran, dapat dilakukan penggambaran kolom litologi sesuai
dengan apa yang terdapat di lapangan. Tebal lapisan digambarkan sesuai
hasil pengukuran dengan skala yang telah ditentukan. Apabila pada saat
pengukuran dujumpai litologi yang meragukan atau adanya kenampakan – kenampakan
khas yang memerlukan penelitian yang lebih lanjut, dapat dilakukan pengambilan
contoh batuan. Lakukan pemberian nomor sampel dan tentukan lokasi
pengambilannya.
Setelah
pengukuran mencapai titik akhir, lakukan pengecekan kembali. Pastikan formulir
pengukuran telah terisi semua data pengukurannya, baik sketsa kolom litologi,
penomoran dan pengeplotan lokasi pengambilan contoh batuan pada kolom litologi. Pada saat meninggalkan lokasi
pengukuran, dianjurkan melakukan pengecekan sekali lagi dengan cara menyusuri
kembali jalur pengukuran menuju titik awal.
Baca : Metode Tongkat Jacob
Baca : Metode Tongkat Jacob
Tidak ada komentar:
Posting Komentar