Jumat, 18 Mei 2018

Cara Penggunaan Metode Rentang Tali dan Tahap Pelaksanaan Rentang Tali

Apa Itu Metode Rentang Tali ?

Metode rentang tali dikenal juga sebagai metode brunton and tape (Compton, 1985; Fritz & Moore, 1988). Metode ini diterapkan pada singkapan yang menerus atau pada sejumlah singkapan yang dapat disusun menjadi satu penampang. Pengukuran penampang stratigrafi dengan metode rentang tali, sebaiknya dilakukan sekurang-kurangnya oleh dua orang dengan setiap orang memegang ujung pita ukur.

Peralatan apa saja yang dibutuhkan dalam metode rentang tali ?
  • Alat lapangan baku, meliputi : kompas geologi, palu geologi, loupe, HCL dan buku catatan lapangan.
  • Pita ukur, terdiri dari : pita ukur panjang tali sepanjang 30-50 m dan pita ukur pendek sepanjang 2 m.
  • Peta topografi atau foto udara dari daerah pemetaan/penelitian yang akan dilakukan pengukuran.
  • Formulir pengukuran jalur stratigrafi dengan metode rentang tali
  • Kalkulator yang dilengkapi dengan fungsi goniometri.
  • Clipboard sebagai alas landasan penggambaran maupun pencatatan.
  • Patok sebagai tanda awal dan akhir pengukuran.

Bagaimana tahapan pelaksanaan metode rentang tali ?

Setelah ditentukan jalur pengukuran, dilakukan orientasi dari jalur yang akan di ukur. Orientasi penting dilakukan guna mengetahui kemungkinan adanya struktur ataupun urutan perlapisan yang tidak tersingkap. Dengan demikian, dapat mencari jalur tambahan untuk melengkapi jalur utama.

Tentukan titik awal dan titik akhir dari jalur pengukuran yang telah ditentukan. Tandai kedua titik dengan patok dan plotkan pada peta dasar. Apabila memungkinkan, cantumkan koordinat titik awal dan titik akhir guna memudahkan peneliti lain yang ingin melihat secara langsung kondisi sebenarnya dari kolom stratfigrafi yang dihasilkan.

Lakukan pengukuran dengan pita ukur panjang ( rentang tali 30-50 meter) yang dimulai dari titik awal disebut sebagai titik 1 dan ujung titik yang lain sebagai titik 2. Tali selanjutnya digeser, ujung tali semula yang berada dititik 1 dan ujung titik yang lain sebagai titik 2. Tali selanjutnya digeser, ujung tali yang semula berada di titik 1 sekarang berada pada titik 2 dan ujung yang lain berada pada titik yang baru, yaitu titik 3. Proses tersebut dilakukan seterusnya hingga mencapai titik akhir yang telah ditentukan. Pengukuran yang pendek atau ukuran lapisan batuan yang tipis dapat menggunakan meteran.

Pengukuran menggunakan rentang tali panjang, dapat dilakukan secara maksimum pada kondisi topografi yang relatif datar, lereng yang tidak terlalu bergelombang pada jarak dekat, litologi relatif homogen, dan jurus kemiringan relatif tetap. Pada setiap rentangan tali, dilakukan pengamatan dan pencatatan pada formulir yang disediakan, meliputi : pemerian batuan, jurus dan kemiringan batuan, struktur sedimen, kandungan fosil, dan unsur-unsur lain yang di anggap perlu. Apabila disepanjang rentang tali dijumpai lapisan lapisan yang khas, tentukan posisinya secara tepat. Hal ini dikarenakan lapisan lapisan tersebut dapat digunakan sebagai lapisan kunci.

Apabila pada jalur pengukuran dijumpai adanya kontak batuan yang tajam, maka lokasi tersebut dijadikan sebagai ujung rentangan dan diberikan nomor titik baru. Kontak tersebut dapat berupa kontak antara breksi dan batulempung maupun sesar ataupun bidang ketidakselarasan.

Pengukuran ketebalan setiap lapisan supaya dilakukan secara cermat. Perhatikan arah pengukuran terhadap jurus perlapisan. Apabila arah pengukuran telah tegak lurus arah jurus perlapisan (v), sebagaimana ditunjukan pada lintasan A-B. Ketebalan (t) dari jalur 1-2 dapat ditentukan lansung dengan rumus  t = d sin a ( d : jarak terukur tegak lurus perlapisan dan a : besar sudut kemiringan perlapisan batuan ). Apabila arah pengukuran tidak tegak lurus jurus perlapisan, ketebalan (t) dari jalur 1-2 dapat ditentukan dengan rumus: t = d’ cos θ sin a ( d : jarak terukur sesuai dengan arah pengukuran, a : besar sudut kemiringan perlapisan, dan θ : sudut peyimpangan dari arah tegak lurus perlapisan.

Penentuan ketebalan lapisan batuan, harus dipertimbangkan pula besar kemiringan lereng yang teukur tegak lurus terhadap jurus perlapisan. Apabila penyimpangan dari arah tegak lurus cukup besar, perlu dilakukan koreksi guna mengembalikan besaran sudut kemiringan lereng pada arah tegak lurus jurus perlapisan batuan. Pada pembuatan penampang stratigrafi, koreksi kemiringan batuan dapat dilakukan menggunakan busur Tangier Smith. Besar sudut lereng terukur dapat disamakan dengan apparent dip atau sudut menyiku antara jurus perlapisan dan arah penampang. d = d’ cos θ ( d : jarak terukur tegak lurus jurus perlapisan, d’ :  jarak terukur sesuai dengan arah pengukuran, dan θ : sudut antara arah pengukuran dan arah tegak lurus jurus perlapisan ).

   Pengukuran ketebalan pada suatu daerah yang mempunyai kelerengan perlu mempertimbangkan posisi atau arah kemiringan perlapisan. Berikut menentukan ketebalan lapisan yang baik dengan arah kemiringan perlapisan batuan serah maupun berlawanan arah dengan lereng, kemiringan lapisan mendarar ataupun tegak.
 
rumus
keterangan
Kemiringan lapisan searah dengan lereng
t = d sin (dip-slope)
Apabila sudut kemiringan perlapisan lebih besar daripada sudut kemiringan lereng
t = d sin (slop-dip)
Apabila sudut kemiringan perlapisan lebih kecil daripada sudut kemiringan lereng
Kemiringan lapisan berlawanan arah dengan lereng
t = d
Apabila pada singkapan dijumpai perlapisan batuan terpotong tegak lurus oleh lereng (90 derajat)
t = d cos(90-dip-slope) atau
t = d sin (dip+slope)
Apabila kemiringan batuan dijumpai membentuk sudut lancip terhadap kelerengan
t = d sin (180°-dip-slope)
Apabila kemiringan membentuk sudut tumpul terhadap kelerengan.
Kemiringan lapisan mendatar

Ketebalan lapisan batuan di tentukan secara langsung berdasarkan perbedaan tinggi antara batas lapisan
Kemiringan lapisan tegak
t = d sin slope
Ketebalan pada perlapisan batuan yang memiliki posisi relatif tegak

Bersamaan dengan dilakukan pengukuran, dapat dilakukan penggambaran kolom litologi sesuai dengan apa yang terdapat di lapangan. Tebal lapisan digambarkan sesuai hasil pengukuran dengan skala yang telah ditentukan. Apabila pada saat pengukuran dujumpai litologi yang meragukan atau adanya kenampakan – kenampakan khas yang memerlukan penelitian yang lebih lanjut, dapat dilakukan pengambilan contoh batuan. Lakukan pemberian nomor sampel dan tentukan lokasi pengambilannya.

Setelah pengukuran mencapai titik akhir, lakukan pengecekan kembali. Pastikan formulir pengukuran telah terisi semua data pengukurannya, baik sketsa kolom litologi, penomoran dan pengeplotan lokasi pengambilan contoh batuan pada kolom litologi. Pada saat meninggalkan lokasi pengukuran, dianjurkan melakukan pengecekan sekali lagi dengan cara menyusuri kembali jalur pengukuran menuju titik awal.

Baca : Metode Tongkat Jacob

Tidak ada komentar:

Cari Pembahasan Lainnya ?

close