Selasa, 20 November 2018

Biogas membantu dalam permasalahan energi


Dampak Permasalah Energi

Energi merupakan salah satu kebutuhan paling esensial bagi mahluk hidup, terutama manusia. Tanpa keberadaan sumber energi, manusia akan kesulitan menjalankan roda kehidupan. Pasalnya hampir semua aktifitas kerja manusia membutuhkan sumber daya energi untuk kehidupan sehari-hari, mulai dari penggerak transportasi hingga aneka kebutuhan rumah tangga, seperti alat memasak dan penerangan.

Pada dasarnya pemanfaatan energi sudah dilakukan sejak lama dengan berbagai metode yang terus mengalami perkembangan. Sumber energi yang dimanfaatkan ini ada berbagai macam mulai dari energi listrik, bahan bakar minyak bumi, gas alam, briket, batu bara, hingga jenis sumber energi baru seperti nuklir, energi panas bumi, energi air, dan energi matahari.

VPS
Sejarah penggunaan energi sudah dilakukan sejak zaman dahulu hingga sekarang. Manusia zaman dahulu mendapatkan sumber energi dari bahan-bahan yang diambil atau dikumpulkan dari alam, seperti kayu bakar. Teknologi ini kemudian semakin berkembang sejak ditemukannya mesin uap yang berbahan bakar batu bara dan kayu bakar, sehingga menggunaan terhadap kedua jenis bahan tersebut meningkat

Penggunaan kayu bakar dan batubara mulai berkurang kemudian saat ditemukan sumber energi berupa bahan bakar fosil. Sumber bahan bakar fosil inilah kemudian yang banyak digunakan hingga sekarang. Selain digunakan untuk transportasi, sumber bahan bakar fosil juga digunakan sebagai penggerak generator pada pembangkit listrik untuk kebutuhan listrik di wilayah permukiman.

Bentuk bahan bakar fosil yang paling tinggi penggunaannya adalah bensin dan minyak tanah. Bensin untuk saat ini merupakan kebutuhan bahan bakar dengan angka konsumsi tertinggi. Hal ini dapat terlihat selama hampir satu dekade terakhir angka konsumsi BBM yang cenderung meningkat.

Kebutuhan akan energi ini didapatkan melalui pasokan energi global yang ketersediaannya di bumi terbatas atau tidak dapat diperbaharui. Penggunaan bahan bakar minyak dari satu era ke era berikutnya terus meningkat, sedangkan cadangannya  kian menipis. Pemanfaatan energi yang cenderung berlebihan ini kemudian memicu terjadinya permasalahan krisis energi yang berdampak secara sistemik kepada semua aspek.

Salah satu gejala yang dapat dirasakan kemudian adalah kelangkaan bahan bakar minyak, seperti minyak tanah, solar, dan bensin. Kelangkaan terjadi akibat konsumsi bahan bakar minyak yang sangat tinggi dan selalu meningkat setiap tahunnya, sedangkan produksi tidak dapat mengimbangi karena terbatasnya sumber minyak di bumi. Imbasnya, harga bahan bakar minyak menjadi tidak setabil, kemudian di ikuti dengan harga kebutuhan pokok lainnya seperti bahan pangan yang ikut merangkak naik.

Selain berdampak secara sistemik di kehidupan masyarakat, penggunaan energi secara berlebihan juga berdampak negatif terhadap lingkungan. Salah satu contohnya adalah gejala global warming atau pemanasan global. Secara umum pemanasan global didefinisikan sebagai meningkatnya suhu rata-rata, pada lapisan atmosfer, suhu air laut, dan suhu daratan. Penyebab global warming salah satunya berasal dari gas rumah kaca yang tercipta dari aktivitas manusia sehari-hari. Karakteristik gas ini dapat menyerap panas sehingga meningkatkan suhu udara di bumi. Berikut ini merupakan faktor - faktor penyebab timbulnya gas rumah kaca :

1. Asap Kendaraan Bermotor

Salah satu gejala permasalahan global dapat dideteksi dari pergantian musim yang tidak bisa diprediksi. Saat ini sering terjadi hujan, badai, dan angin puting beliung di berbagai daerah. Bencana banjir yang terjadi bersamaan dengan kekeringan memicu terjadinya wabah penyakit. Penyebabnya tidak lain karena berbagai aktivitas yang memicu pemanasan global, seperti pembakaran bahan bakar yang tidak sempurna dan polusi yang disebabkan oleh kendaraan bermotor. Gas CO2 yang dihasilkan dari aktivitas tersebut dapat menjadi penghalang pemantulan panas bumi.

kemacetan akibat terus bertambahnya volume kendaraan.
Diperkirakan pencemaran udara akibat kegiatan industri dan polusi kendaraan bermotor akan meningkat pada tahun 2020. Pencemaran tersebut dapat menurunkan kualitas udara sampai pada taraf yang membahayakan kesehatan. Umumnya, penyakit yang ditimbulkan berupa gangguan pernapasan seperti ISPA, asma, dan pneumonia. Karena itu, dibutuhkan langkah efektif untuk mengurangi peningkatan zat pencemaran udara. Salah satunya dengan penggunaan bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan.

2. Alih Fungsi Lahan

Penebangan pohon secara berlebihan oleh para pelaku illegal logging juga turut menambah permasalahan lingkungan. Pasalnya, pohon yang berperan dalam menyerap gas CO2 dan menjaga kebersihan udara keberadaannya semakin menipis. Selain itu, areal hutan kini juga banyak beralih fungsi menjadi lahan perkebunan, industri, dan permukiman.

3. Limbah Ternak yang Tidak Dikelola dengan Baik

Kegiatan peternakan juga ikut memicu terciptanya gas rumah kaca. Berdasarkan laporan FAO pada tahun 2006, salah satu penghasil emisi gas rumah kaca terbesar berasal dari sektor peternakan, yaitu sebesar 18 %. Gas yang dihasilkan terdiri dari karbondioksida ( 9%), metana ( 37 %), dinitrogen oksida ( 65 % ), dan amonia ( 64 % ). Gas - gas tersebut merupakan hasil dari limbah ternak. Di antara gas yang dihasilkan, metana ( CH4 ) memiliki potensi pemanas yang lebih tinggi dibandingkan dengan karbondioksida. Padahal, disatu sisi energi panas yang dihasilkan dari metana tersebut merupakan potensi yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber energi yang terbarukan. Namun, karena belum dapat diolah dengan baik maka potensi tersebut menjadi terbuang.

Limbah peternakan
4. Emisi Karbondioksida Berlebih

Karbondioksida ( CO2 ) merupakan salah satu faktor penyebab pemanasan global. Emisi CO2 di tingkat global regional, nasional, hingga lokal terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Produksi gas CO2 tidak terlepas dari aktivitas manusia, seperti penggunaan bahan bakar fosil, perubahan tata guna lahan, limbah industri, dan kebakaran hutan.


Biogas Sebagai Solusi Alternatif Permasalahan Energi

Krisis energi yang terjadi akhir - akhir ini telah menuntun untuk dilakukan inovasi - inovasi baru yang bertujuan untuk menemukan sumber energi baru yang terbarukan. Selain itu, sumber energi baru tersebut diharapkan berbiaya terjangkau juga tidak memiliki dampak negatif terhadap lingkungan.

Salah satu inovasi dari pengembangan energi alternatif adalah biogas. Biogas merupakan salah satu jenis energi terbarukan yang terbentuk melalui proses fermentasi bahan - bahan limbah organik, seperti kotoran ternak, sampah organik, serta bahan-bahan lainnya oleh bakteri metanogenik dalam kondisi anaerob ( tanpa oksigen )

Secara umum, teknologi biogas dapat mengatasi permasalahan melimpahnya kotoran ternak yang tidak dapat dikelola. Sebagai contoh, seekor sapi potong berbobot 400 - 500 kg per ekor rata-rata dapat menghasilkan kotoran segar sebanyak 20 - 29 kg / harinya. Kondisi tersebut merupakan sebuah peluang untuk dijadikan sebagai bahan baku pembuatan biogas.

inovasi biogas

 
Selain dapat mengatasi masalah lingkungan, biogas yang dihasilkan dari pengelolaan limbah kotoran ternak juga dapat  menjadikan peternakan mandiri energi, sehingga menghemat biaya pemeliharaan hewan ternak. Jika bahan baku pembuatan biogas sudah tidak dapat menghasilkan gas lagi, sisanya dapat dijadikan produk sampingan seperti pupuk organik padat dan cair. Oleh petani, pupuk tersebut dapat digunakan sendiri maupun dijual lagi sehingga menambah pendapatan.

Enam keunggulan menggunakan biogas di peternakan

Selain keunggulan dari segi teknik yang dijelaskan sebelumnya, penggunaan biogas juga dapat menyelesaikan beberapa permasalahan yan sifatnya sosial, ekonomi, dan ekologi. Berikut beberapa keunggulan biogas.
  1. Mendorong Pola pemeliharaan ternak yang intensif atau semi intensif sehingga pengelolaan lebih optimal. Hal ini dapat mendorong peningkatan kualitas ternak pada setiap periode pemeliharaan.
  2. Menciptakan peluang usaha yang ekonomis, dari skala usaha kecil hingga menengah, dikawasan pedesaan.
  3. Menghemat pengeluaran petani. Dengan pemanfaatan biogas, anggaran untuk penyediaan bahan bakar berupa kayu bakar atau minyak tanah untuk keperluan rumah tangga seperti memasak dan penerangan dapat ditekan. Hal ini secara tidak langsung juga menekan permintaan terhadap kayu sehingga laju deforestasi akibat penebangan hutan untuk permintaan kayu bakar dapat dikurangi.
  4. Meningkatkan pendapatan dan menekan pengeluaran petani, dengan dihasilkannya pupuk organik yang berkualitas dan siap pakai sebagai produk sampingan industri biogas.
  5. Membuka lapangan kerja di daerah sekitar tempat pengolahan bahan baku dengan dukungan sumber energi alternatif
  6. Membantu memperlambat laju pemanasan global dengan menurunkan emisi gas rmah kaca.

Sejarah dan Potensi Pengembangan Biogas di Indonesia

Awalnya biogas yang dikembangkan oleh orang-orang dari negeri Cina berupa campuran gas yang berasal dari rawa ataj biasa disebut sebagai gas rawa metana. Proses fermentasi untuk membentuk gas metana ini baru ditemukan oleh Alessandro Volta pada tahun 1778, sedangkan digester anaerobik untuk mengolah biogas dibangun pada tahun 1896 di Inggris.

Mulai saat itu, biogas mulai dimanfaatkan terutama oleh kalangan petani untuk menggerakkan alat-alat mekanik seperti traktor. Namun seiring dengan dikembangkannya energi dari bahan bakar minyak membuat penggunaan biogas mulai ditinggalkan.

Di Indonesia, biogas sebagai energi alternatif sebetulnya mulai dikembangkan pertama kali pada tahun 1970-an. Hampir sama seperti di luar negeri, pengembangannya juga terhambat karena tingginya penggunaan bahan bakar minyak. Teknologi biogas baru berkembang kembali sejak tahun 2006, pada saat di dalam negeri ramai dengan kasus kelangkaan bahan bakar minyak dan permasalahan terkait energi lainnya.

Saat ini, biogas dikembangkan untuk dijadikan energi alternatif pengganti bahan bakar minyak di tingkat nasional. Kesadaran masyarakat untuk pemenuhan kebutuhan energi yang berbiaya murah dan ramah lingkungan menjadikan biogas sebagai pilihan yang tepat terutama bagi masyarakat didaerah pedesaan yang sulit terjangkau, seringkali mengalami kesulitan bahan bakar, tidak hanya dalam hal penyediaan, tetapi juga akses untuk mendapatkannya.

Dilihat dari aspek ekologis, sosial maupun budaya, Indonesia memiliki potensi besar dalam pengembangan biogas terutama untuk pemenuhan kebutuhan energi di kalangan rumah tangga. Hal ini turut didorong oleh beberapa kondisi seperti di bawah ini :
  1. Ketersediaan bahan baku biogas, terutama yang berasal dari limbah peternakan sangat mendukung produksi biogas dalam skala industri. Pasalnya, jumlah peternakan di Indonesia cukup banyak, tetapi pemanfaatan limbah kotoran ternak belum tergarap secara maksimal.
  2. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki problematika penyediaan energi yang merata disemua wilayah. Hal ini disebabkan oleh sulitnya penyaluran bahan bakar hingga ke daerah - daerah pelosok yang belum memiliki sarana dan prasarana penghubung memadai. Hal ini kemudian berakibat banyak wilayah pedesaan di pelosok negeri yang kesulitan untuk memenuhi kebutuhan energinya. Contoh kasus dapat diwilayah-wilayah transmigrasi yang belum memiliki alat penerangan memadai akibat ketiadaan bahan bakar untuk penggerak mesin generator listrik.
  3. Adanya regulasi nasional yang baru dibidang energi seperti kenaikan tarif dasar listrik, kenaikan harga gas LPG, minyak tanah, dan harga sumber energi lainnya sehingga hal ini mendorong adanya upaya pengadaaan alternatif. Harapannya, energi alternatif tersebut selain lebih terjangkau biayanya juga bekelanjutan dan ramah lingkungan. Salah satunya adalah melalui pengembangan biogas yang lebih terjangkau oleh masyarakat kelas menengah ke bawah.
  4. Pengadaan industri biogas di tingkat petani juga turut menunjang penggunaan pupuk organik sebagai pengganti pupuk kimia yang harganya semakin mahal dan langka. Selain itu, penggunaan pupuk organik juga memberikan keuntungan secara ekologis, yaitu ramah lingkungan dan tidak merusak karakteristik fisik tanah.

Mandiri Pangan dan Energi Berkat Sistem Pertanian Terintegrasi

Sistem pertanian terintegrasi atau sistem pertanian terpadu merupakan sebuah model pertanian yang terdiri dari banyak unit kegiatan usaha yang mengutamakan efisiensi pemanfaatan input dan output. Dalam sistem ini, hasil buangan ( output ) dari satu unit usaha dimanfaatkan sebagai masukan atau input untuk sektor lainnya, sehingga tidak ada bahan yang terbuang. Misalnya, jerami sisa kegiatan menanam padi atau tanaman digunakan untuk pakan ternak. Selanjutnya, sisa limbah kotoran ternak dapat digunakan untuk memupuk tanah agar lebih subur. Contoh penerapan sistem ini telah banyak dijumpai diberbagai daerah di Indonesia, terutama di kawasan Jawa Barat.

pupuk cair
Industri pengolahan biogas pun terkait dengan sistem ini. Apabila membicarakan tentang bagaimana menciptakan industri biogas yang berkelanjutan, maka hal tersebut tidak akan terlepas dari seberapa besarnya dukungan dari sektor pendukungnya, seperti pertanian dan peternakan. Pasalnya, ketersediaan bahan baku pembuatan biogas sebagian besar berasal dari limbah pertanian. Sebagian besar, bahan baku berasal dari libah peternakan sapi.

Banyak keuntungan yang ditimbulkan dari industri pengolahan biogas yang dijalankan bersama di dalam sestem pertanian yang terintegritasi. Salah satunya, masyarakat tidak perlu lagi mengeluarkan biaya transportasi untuk pengadaan bahan baku biogas. Manfaat lainnya dari membangun instalasi pengolahan biogas dalam ruang lingkup pertanian terintegrasi di antaranya petani akan mampu memenuhi kebutuhan pangan dan energinya secara mandiri. Penerapan sistem pertanian terintegrasi ini juga dapat meningkatkan kesejahtraan masyarakat. Pasalnya, petani dapat menghasilkan produk sampingan yang memiliki nilai jual tersendiri dan berpotensi mendatangkan keuntungan.

Beberapa unit usaha yang dapat dibangun industri pengolahan biogas di antaranya pertanian organik, pembesaran ikan lele, dan budi daya jamur. Selain ketiga jenis unit usaha tersebut, masih terdapat banyak sektor yang dapat diterapkan di sekitar pengolahan biogas dengan menyesuaikan kepada kemampuan petani dan aspek sosial budaya di daerah tersebut.

Karena itu, penerapan pertanian terintegrasi yang terdiri atas 3-4 ekor sapi sebagai penggerak utama, petani dapat turut menjalankan sektor usaha lain, seperti pembuatan pupuk organik padat dan cair, budi daya ikan lele, budi daya sayuran organik, dan budidaya sayur tiram, sehingga petani dapat memenuhi kebutuhan energi dan pangan rumah tangganya secara mandiri. Melalui penerapan sistem ini, diharapkan kesejahtraan petani di berbagai daerah di Indonesia bisa meningkat.


Sumber : Sri Wahyuni, SE.MP. " Biogas Energi alternatif pengganti, BBM, Gas, dan Listrik. 2017. Jakarta Selatan




Tidak ada komentar:

Cari Pembahasan Lainnya ?

close