1.
Pengertian batulempung
Batulempung menurut Pettijohn
(1975) adalah batuan yang pada umumnya bersifat plastis, berkomposisi
hidrous alumunium silikat (2H2OAL2O3. 2SiO2)
atau mineral lempung yang mempunyai ukuran butir halus (batulempung adalah
batuan sedimen yang mempunyai ukuran butir kurang dari 0,002 atau 1/256 mm)
Ingram
(1953), (vide Pettijohn, 1975) mendefinisikan batulempung sebagai batuan yang
berstrutur masif yang komposisinya lebih banyak dari lanau.
2. Jenis batulempung
Batu lempung mempunyai bentuk yang berbeda satu dengan yang lain. Hal tersebut dipengaruhi oleh lingkungan tempat pembentukan batu lempung. Batu lempung yang pembentukannya di lingkungan danau berbeda dengan batu lempung yang terbentuk di laut. Pada umumnya, batu yang terbentuk di laut akan mengandung fosil binatang laut dan memiliki lapisan yang tebal. Selain perbedaan yang sudah disebutkan, batu lempung dapat dibedakan menjadi 2 jenis berdasarkan ada tidaknya proses pengangkutan (transportasi), yaitu :
2.1 Transported clay
Disebut transported clay karena batu lempung sudah mengalami pengangkutan dari tempat terbentuknya. Ada 3 sumber terbentuknya batu lempung yaitu hasil dari abrasi pantai, hasil dari pelapukan yang mengalami transportasi serta hasil tercampurnya unsur kimia dan bio kimia. Selama proses transportasi, batu lempung memungkinkan untuk tercampur dengan mineral halus, diantaranya adalaha oksida besi, kuarsa dan bahan organisme.
2.2 Residual clay
Batu lempung jenis ini merupakan batu lempung yang tidak mengalami pengangkutan atau masih berada di tempat asalnya. Karakteristik fisiknya dipengaruhi oleh kondisi batuan induk, cuaca dan aliran air. Jenis batu lempung ini biasanya memiliki kualitas yang lebih baik dari pada transported clay, serta banyak ditemukan di sekitar batuan induknya.
Gambar. 2 . Jenis batulempung. A ( transported clay
), B ( Residual clay )
|
3. Jenis- jenis mineral lempung
Seperti yang telah dijelaskan bahwa batu lempung tersusun atas mineral lempung (hidrous aluminium silikat). Mineral lempung tersebut dapat dibedakan lagi menjadi beberapa jenis, diantaranya adalah :
3.1 Kaolinit
Mineral ini termasuk ke dalam kategori kaolin yang terdiri atas kepingan silika tetrahedra dan kepingan aluminium oktahedra. Kedua kepingan tersebut terikat satu sama lain sehingga terbentuk suatu lapisan yang satu kesatuan. Ikatan keduanya merupakan ikatan hidrogen yang sulit dipisahkan. Karena ikatannya yang kuat, mineral ini tergolong stabil sehingga air tidak bisa menerobos masuk di antara kedua kepingan tersebut. Ketiadaan air di antara kedua kepingan tidak dapat menyusutkan atau pun mengembangkan sel satuannya.
3.2 Halloysit
Mineral halloysit mirip dengan kaolinit, akan tetapi ikatannya lebih acak dan bisa terpisahkan oleh lapisan tunggal molekul air. Jika mineral ini tidak mengandung lapisan tunggal air karena telah dipanaskan, maka sifat dasar mineral akan berubah. Sifat dasar dari mineral halloysit yaitu bentuk partikelnya mirip seperti silinder- silinder yang memanjang.
3.3 Montmorillonit
Mineral montmorillonit juga disebut dengan smectit, yang merupakan mineral hasil bentukan satu kepingan aluminium dan dua kepingan silika. Di antara dua kepingan silika terdapat kepingan oktahedra yang membentuk suatu lapisan yang satu. Montmorillonit terbentuk dari proses sedimentasi bersuasana basa (alkali) yang sangat silikan. Selain itu, montmorillonit mempunyai ukuran kristal yang sangat kecil tetapi memiliki gaya tarik terhadap air yang sangat kuat sehingga air tersebut dapat memisahkan kepingan. Hal tersebut merupakan akibat kurangnya muatan negatif pada kepingan oktahedran dan lemahnya gaya ikatan van der Waals pada ujung kepingan silika. Air yang masuk di antara kepingan dapat melunakkan dan merusak struktur tanah yang mengandung mineral montmorillonit.
3.4 Illit
Bentuk susunan mineral illit terdiri dari kepingan aluminium oktahedra yang berada di antara dua kepingan silika tetrahedra. Kepingan – kepingan tersebut saling terikat satu sama lain dengan ikatan antar ion- ion kalium yang terdapat pada setiap kepingan. Ikatan ini tidak lebih kuat dari pada ikatan hidrogen yang mengikat mineral kaolinit, tetapi lebih kuat dari pada ikatan ionik yang mengikat mineral montmorillonit. Meski ikatannya tidak terlalu kuat, susunan mineral illit tidak dapat mengembang akibat dari gerakan air yang berada di antara kedua kepingannya.
Gambar 3. Mineral lempung. A ( Kaolinit ), B (
Halloysit ), C ( Montmorillonit ), D ( Illit ).
|
4. Ganesa
Mineral Lempung
Ganesa mineral lempung
secara umum dapat dibagi menjadi empat macam yaitu :
4.1
Terjadi karena pengaruh pelapukan
Lempung terbentuk akibat
proses pelapukan dari mineral mineral penyusun batuan yang dipengaruhi
oleh iklim ,jenis batuan ,relief muka bumi ,tumbuh tumbuhan yang berada
diatas batu tersebut.Faktor utama yang menyebabkan terbentuknya mineral lempung
dalam proses ini adalah komposisi mineral batuan ,komposisi kimia dan daya
larut air tanah. Pembentukan mineral lempung oleh pelapukan adalah akinat
reaksi ion ion hydrogen yang terdapat dalam air tanah dengan mineral silikat.
H+ umumnya berasal dari
asam karbonat yang terbentuk sebagai akibat pembusukan ole bakteri
terhadap zat organic dalam tanah
4.2
Terjadi karena pengaruh hidrotermal
Proses ini berlangsung
akibat adanya proses injeksi larutan hidrotermal yang bersifat asam merembes
melalui celah celah rakahan pada batuan yang dilaluinya sehingga
mengakibatkan terjadinya reaksi antar larutan tersebut dengan batuan itu. Pada
saat reaksi berlangsung ,komposisi larutan hidrotermal tersebut menjadi berubah
.Unsur unsure alkali akan dibawa kearah luar ,sehingga selama proses ini
berlangsung akan terjadi daerah atau zona yang berkembang dari asam ke basa dan
pada umumnya berbentuk melingkar sepanjang rekahan dimana larutan itu
menginjeksi .
4.3
Terjadi karena akibat devitrivikasi dari tufa gelas yang diendapkan di dalam
air ( Lakustrin sampai neritik )
Pada proses ini lempung
dapat terbentuk dari mekanisme pengendapan debu vulkanik yang kaya akan
gelas mengalami devitrifikasi (Perubahan gellas vulkanik menjadi mineral
lempung ) setelah diendapkan pada lingkungan danau atau laut.
4.4
Terjadi karena proses pengendapan kimia dalam suasana basa (alkali) dan sangat
silikan.
Menurut Millot (1970) ,montmorilonit dapat terbentuk tidak saja dari tufa melainkan juga dari endapan sedimentasi dalam suasana basa (alkali) yang sangat silikan.Mineral mineral yang terbentuksecara sedimen yang tidak berasosiasi dengan tufa adalah attapulgit ,speolit dan montmorillonit.
Menurut Millot (1970) ,montmorilonit dapat terbentuk tidak saja dari tufa melainkan juga dari endapan sedimentasi dalam suasana basa (alkali) yang sangat silikan.Mineral mineral yang terbentuksecara sedimen yang tidak berasosiasi dengan tufa adalah attapulgit ,speolit dan montmorillonit.
5. Manfaat Batu Lempung
Sifat batu lempung yang liat (plastis) banyak
dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan berbagai jenis benda. Berikut adalah
beberapa manfaat dari batu lempung :
5.1 Sebagai bahan dasar keramik
Batu lempung yang dicampur dengan air dan membentuk
tanah liat dapat digunakan untuk membuat keramik. Keramik tersebut dapat berupa
ubin lantai & dinding, gerabah atau porselen. Bahkan pembuatan porselen
menggunakan lempung yang mengandung kaolinit akan menghasilkan produk yang
tahan panas (produk refraktori). Selain keramik, tanah liat dari batu lempung
juga dimanfaatkan untuk membuat semen, batu bata dan agregat ringan lainnya.
5.2 Sebagai bahan dasar kertas
Batu lempung yang memiliki kandungan mineral kaolinit
juga merupakan bahan dasar yang baik untuk pembuatan kertas yang berkualitas
tinggi.
5.3 Sebagai penyerap cairan
Batu lempung yang terbentuk dari abu hasil letusan
gunung berapi sering digunakan untuk menyerap cairan yang ada pada kandang
binatang ternak.
5.4 Membantu proses pengeboran
Batu lempung yang terbuat
dari abu vulkanik juga dapat dimanfaatkan sebagai lumpur yang membantu
pengeboran. Selain itu, dapat juga digunakan dalam industri palletizing bijih
besi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar